Suasana halaman rumah di Jalan Merbau Raya No3, Padangsari, Banyumanik,
Kota Semarang, Jumat (21/10) cukup ramai. Beberapa ibu paruh baya dan
anak kecil terlihat duduk di atas tikar sambil memegang jarum dan
benang.
Mengenakan jilbab dan busana muslim, puluhan ibu saat itu tengah belajar
merajut. Mereka tergabung dalam Komunitas Rajut Umi Iva. Setiap Jumat
dan Sabtu pukul 09.00 hingga 12.00, ibu-ibu itu datang ke tempat
tersebut membuat beragam model rajutan. Garasi yang dimanfaatkan untuk
ruang pelatihan itu selalu dipadati setiap kegiatan digelar.
“Saya memberikan pelatihan gratis sudah sejak 2011.” “Awalnya ini kursus
berbayar, tapi kok kasihan, akhirnya saya gratiskan,” ungkap
Muzdhalifah yang dikenal sebagai Umi Iva ini, kemarin. Saat awal-awal membuka kursus berbayar, setiap
tiga kali pertemuan, peserta harus membayar Rp30.000. Namun, ini tidak
bertahan lama karena ada beberapa peserta yang tidak datang lagi, meski
sebenarnya belum mahir.
Umi Iva menuturkan, sejak peserta tidak dipungut biaya, jumlah yang
datang semakin banyak. Saat ini setiap kali pertemuan bisa mencapai 25
orang. Mereka tidak hanya berasal dari Kota Semarang, juga dari Demak,
Batang, hingga Purwokerto. “Rata-rata yang datang ibu rumah tangga dan
pensiunan.
Mereka lebih banyak memiliki waktu di rumah,” ujarnya. Umi Iva berharap ibu rumah tangga dan pensiunan pegawai negeri atau swasta yang
selama ini hanya berdiam di rumah, bisa menghasilkan rupiah melalui
keterampilan merajut. Karena saat ini rajutan sudah banyak dimodifikasi
menjadi barang yang dipakai seharihari, seperti rompi, sepatu, dompet,
jaket, dan masih banyak lainnya.
“Kami menyediakan bahannya, seperti benang dengan berbagai warna.
Merajut itu gampang, prinsipnya seperti membuat rantai, asal mau belajar
dan belajar serta tidak mudah putus asa,” paparnya. Sejauh ini, ibu
bersapa Umi Iva ini sudah berhasil mendidik ratusan ibu-ibu yang piawai
merajut.
Bahkan, salah satu anak didiknya, Ny Feri di Yogyakarta, juga mengikuti
jejaknya dan memiliki banyak anak didik.
Usahanya membuka pelatihan
merajut gratis bisa eksis hingga saat ini karena juga mendapat dukungan
penuh dari sang suami, Darjat. Ibu tiga anak tersebut piawai dalam
merajut karena sebelumnya diajari oleh bibinya.
Tidak puas sampai di situ, perempuan 36 tahun ini belajar sendiri
melalui buku dari Jepang yang lebih rumit dan banyak variasi. “Saya
sudah lama hobi merajut. Bagi yang pemula, pertemuan dua tiga kali
biasanya langsung bisa untuk teknik dasar, setelah itu tinggal
pengembangannya,” ucapnya.
Iva juga kadang terlibat dalam pameran di Kota Semarang. Rumah di Jalan Merbau Raya No3, kerap menjadi jujugan sekolah
ataupun komunitas rajut lainnya. Salah satu anak didik Iva yang cukup
berhasil adalah Tanti, warga Banyumanik. Dia saat ini bisa mengembangkan usahanya dalam pembuatan dompet
rajut. Dompet tersebut dipasarkan di Kota Semarang dan daerah lainnya di
Jawa Tengah.
“Hasilnya cukup lumayan,
bisa membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Saya juga manfaatkan online
shop untuk pemasarannya,” ujarnya.
ARIF PURNIAWAN
Kota Semarang
edisi 23/10/2016
sumber: http://koran-sindo.com/news.php?r=4&n=3&date=2016-10-23